Pemikiran
setiap orang mengenai pemilu tentu berbeda-beda. Beda kepala pasti beda
pemikiran, begitu pula dengan sikap dan tindakan yang dilakukan.
Berpartisipasi menyumbangkan suara saat pemilu memang bukan suatau hal
yang diwajibkan. Namun itu merupakan sebuah hak untuk memilih.
Para mahasiswa yang dikenal sebagai makhluk berpendidikan dan intelek, dari
berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta banyak yang memilih
untuk Golput. Mereka rela melepas haknya karena berbagai alasan. Golput
memang tidak mencerminkan sikap demokrasi berbangsa dan bernegara dengan
baik dan mereka telah memahaminya. Lantas apa yang menjadi alasan
mahasiswa untuk golput?
Pertama,
karena kendala TPS. Kebanyakan mahasiswa adalah mahasiswa perantauan.
Mereka harus memilih di TPS daerah asal padahal untuk menjangkaunya
butuh biaya yang tidak sedikit. Mereka enggang pulang kampung hanya
sekedar untuk memilih karena kocek yang harus dikeluarkan terlalu besar.
Kedua,
mengenai waktu. Waktu pemilihan umum sangat singkat yaitu satu hari
saat pelaksanaan pemilu. Para mahasiswa juga enggan untuk pulang akibat
padatnya aktivitas kampus dan tumpukan tugas yang harus segera mereka
selesaikan.
Ketiga,
mahasiswa bisa dikatakan kurang paham dengan para calon, mereka tidak
tahu pribadi masing-masing calon. Ini membuat kecenderungan pemikiran
yang acuh dengan pemilu.
Keempat,
mahasiswa kerap kali dikecewakan oleh para pemimpin yang mereka pilih.
Janji-janji yang digembar-gemborkan tak kunjung direalisasikan, namum
malah banyak kasus yang terjadi disana-sini.
Bayangkan berapa juta warga Indonesia yang berstatus sebagai mahasiswa. Jika mahasiswa banyak yang memilih untuk golput maka
negara akan rugi berjuta suara. Anggaran pemilu yang mencapai triliunan
akan sia-sia karena pemilu tak dapat berjalan optimal. Padahal
pemikiran realistis dan demokratis mahasiswa sangat dinantikan di ajang
pemilihan umum. Jika hasil pungutan suara pemilu tak berasal dari
seluruh warga negara maka bisa terjadi kemungkinan salah pilih pemimpin.
Lantas bagaimana agar golput dilkalangan mahasiswa dapat diminimalisir? Tentu masih banyak cara untuk menanganinya. Perlu kiranya menyediakan fasilitas untuk para mahasiswa agar dapat memilih di TPS sekitar kampus yang mudah dijangkau, tidak memerlukan banyak biaya dan tidak menguras banyak waktu. Sosialisasi tentang
pemilu lebih digalakkan agar mahasiswa dapat paham dan lebih mengenal
calon-calon pemimpin. Komitmen para calon pemimpin harus dipertegas, tak
perlu banyak janji tapi realisasi itu lebih penting. Mungkin dengan
beberapa solusi ini dapat menekan persentase golput dikalangan
mahasiswa.
0 comments:
Post a Comment