Just share dia, ini dia profil Andik Vermansyah berhasil bertukar kaos jersey dengan bintang pemain asal LA Galaxy David Beckham .
SURABAYA- Terlahir dari keluarga kurang mampu tentu bukan penghalang untuk menjadi seorang bintang. Andik Vermansyah saat ditemui di kediamannya, di kawasan Kalijudan Taruna, tetap tidak tampak sombong meski kini telah menjadi bintang lapangan hijau.
Siapa yang tidak kenal Andik Vermansyah, pemain sepakbola yang baru saja berjibaku membela Indonesia di SEA Games. Andik—begitu sapaannya, terlahir dari keluarga kurang mampu, tapi berkat kerja kerasnya sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) ia kini berhasil menjadi pemain bintang sepakbola. Selain itu, ia kini telah berhasil memberangkatkan ibunya untuk menginjakkan kaki di Tanah Suci, dan membelikan rumah untuk orangtuanya.
Untuk bisa menjadi sekarang ini, Andik harus berjuang keras. Sejak duduk di bangku SD setiap hari ia selalu berdiri di perempatan-perempatan jalan untuk menjajakan koran, selain itu ia juga menjual kue dan es dari rumah-kerumah dan kalau Persebaya bertanding ia menjajakan dagangannya pada penonton di dalam stadion Gelora 10 Nopember.
Di usianya yang masih 20 tahun, Andik sukses mengangkat nama baik keluarganya. Tak hanya itu, pemain kelahiran Jember ini juga mampu merealisasikan impian kedua orangtuanya, yakni memiliki rumah sendiri.
Jumiah, Ibu Andik Vermansyah menceritakan, sejak kecil Andik sudah membatu orang tua, Andik sebenarnya pemalu, tapi Andik tidak malu ketika harus menjadi penjual koran dan kue. Mungkin karena dia sangat ingin menjadi pemain sepakbola. “Uang hasil julalannya itu ia celenge (ditabung), kira-kira sudah dapat Rp25 ribu, ia mengajak saya untuk mengantar beli sepatu bola bekas di Gembong”, kenang Jumiah.
Setelah beli sepatu, Andik senang banget, lanjut Jumiah, sampai-sampai pada saat tidur pun sepatu tersebut dipakai. Jumiah mengaku memang tidak bisa memenuhi keinginan Andik, sebab ia hanya buruh pabrik dan suaminya hanya buruh bangunan. “Saya kalau berangkat kerja jam 7 pagi, pulang jam 6 malam. Jadi saya tidak punya waktu untuk merawat Andik, tapi sekarang berkat kerja kerasnya menjadi pemain bola dan ia telah memberangkatkan saya Umroh,” ungkap Jumiah sembari mengusap air matanya.
Karena telah merasakan menjadi orang susah itulah, sekarang Andik tidak sombong. “Kalau lagi jalan-jalan sama saya dan bapaknya terus melihat anak-anak jual koran ia ingat waktu menjadi penjual koran. Pasti membeli dan kembaliannya pun tidak diambil,” katanya.
Saman, ayah Andik mangaku dulu pada saat andik masih kelas satu SD, ia sempat melarang dan memarahi Andik untuk bermain bola, sebab ia khawatir kaki anaknya itu putus. Tapi setelah Andik kelas enam SD dan bergabung dengan klub ia akhirnya mendukung. “Emang kalau kakinya putus, mau diganti kakinya wedus (kambing)?” mengingat saat dulu memarahi Andik.
Sedangkan Andik hanya tersenyum mendengar cerita kedua orangtuanya, Ia mengaku memang ingin menjadi pemain sepakbola, jadi agar keinginannya itu tercapai ia tidak malu biarpun harus berjualan koran dan berjualan es pada para penonton di Gelora 10 Nopember, yang kini menjadi tempat ia di puji-puji penonton. “Saya tidak mungkin sombong mas, karena saya berasal dari orang susah,” ungkap Andik.
Andik mengaku senang karena telah membelikan rumah untuk orangtuanya. Sehingga orangtuanya tidak perlu mengontrak rumah lagi. Tidak cukup hanya membelikan rumah, kalau ada rejeki ia akan memberangkatkan kedua orangtuanya untuk naik haji. Setelah itu akan membeli rumah dan tanah buat usaha kontrakan.
Biar pun secara ekonomi ia telah bisa untuk menikah, tapi Andik mengaku ingin mematangkan skill sepakbolanya dan memberikan prestasi untuk klubnya, Persebaya dan Timnas Indonesia tentunya. "Saya mau fokus ke karir dulu, lagian pacar saya masih duduk di kelas 3 SMA. Itu pun sering putus nyambung-putus nyambung, mungkin karena masih sama-sama anak muda,” ungkap anak bungsu dari pasangan Saman-Jumiah .
Tidak lama kemudian Andik pun menaiki Honda Jazz warna hitam, hasil jerih panyahnya, tidak lama kemudian ia melambaikan tangan. “Saya mau fitnes dulu mas, soalnya minggu saya balik lagi ke Jakarta untuk bermain dengan David Beckham,” ungkapnya sambil tersenyum.
Memang kebersamaan Andik dengan keluarga tak bisa berlangsung. Sebab, Minggu (27/11) pagi, ia harus kembali ke Jakarta. Andik masuk dalam daftar pemain yang dipanggil untuk membela Indonesian Selection lawan LA Galaxy, Rabu (30/11) mendatang. Dulu Andik yang menjadi penjual es saat Pesebaya bermain di Gelora 10 November, kini berhasil menjadi bintang Indonesia dan bintang Gelora 10 November. m39
Nama : Andik Vermansyah
Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 23 November 1991
Tinggi Badan : 162 cm
Posisi : Gelandang Serang
Klub : Persebaya
Orang Tua : Saman (Bapak)
Jumi’ah (Ibu)
Saudara : Heri Purwanto (L)
Agus Dwi Cahyono (L)
Idriyati (P)
Prestasi :
2008 Perunggu POM ASEAN (Timnas Mahasiswa)
2008 Emas PON XVII Kaltim (Jatim)
2007 Emas Porprov I (Kota Surabaya)
2007 Juara Liga Remaja Regional Jatim (Persebaya U-18)
2011 Runner Up SEA Games (Timnas Indonesia)
2011 Tukeran Baju dengan David Beckham hahahaha :D
Siapa yang tidak kenal Andik Vermansyah, pemain sepakbola yang baru saja berjibaku membela Indonesia di SEA Games. Andik—begitu sapaannya, terlahir dari keluarga kurang mampu, tapi berkat kerja kerasnya sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) ia kini berhasil menjadi pemain bintang sepakbola. Selain itu, ia kini telah berhasil memberangkatkan ibunya untuk menginjakkan kaki di Tanah Suci, dan membelikan rumah untuk orangtuanya.
Untuk bisa menjadi sekarang ini, Andik harus berjuang keras. Sejak duduk di bangku SD setiap hari ia selalu berdiri di perempatan-perempatan jalan untuk menjajakan koran, selain itu ia juga menjual kue dan es dari rumah-kerumah dan kalau Persebaya bertanding ia menjajakan dagangannya pada penonton di dalam stadion Gelora 10 Nopember.
Di usianya yang masih 20 tahun, Andik sukses mengangkat nama baik keluarganya. Tak hanya itu, pemain kelahiran Jember ini juga mampu merealisasikan impian kedua orangtuanya, yakni memiliki rumah sendiri.
Jumiah, Ibu Andik Vermansyah menceritakan, sejak kecil Andik sudah membatu orang tua, Andik sebenarnya pemalu, tapi Andik tidak malu ketika harus menjadi penjual koran dan kue. Mungkin karena dia sangat ingin menjadi pemain sepakbola. “Uang hasil julalannya itu ia celenge (ditabung), kira-kira sudah dapat Rp25 ribu, ia mengajak saya untuk mengantar beli sepatu bola bekas di Gembong”, kenang Jumiah.
Setelah beli sepatu, Andik senang banget, lanjut Jumiah, sampai-sampai pada saat tidur pun sepatu tersebut dipakai. Jumiah mengaku memang tidak bisa memenuhi keinginan Andik, sebab ia hanya buruh pabrik dan suaminya hanya buruh bangunan. “Saya kalau berangkat kerja jam 7 pagi, pulang jam 6 malam. Jadi saya tidak punya waktu untuk merawat Andik, tapi sekarang berkat kerja kerasnya menjadi pemain bola dan ia telah memberangkatkan saya Umroh,” ungkap Jumiah sembari mengusap air matanya.
Karena telah merasakan menjadi orang susah itulah, sekarang Andik tidak sombong. “Kalau lagi jalan-jalan sama saya dan bapaknya terus melihat anak-anak jual koran ia ingat waktu menjadi penjual koran. Pasti membeli dan kembaliannya pun tidak diambil,” katanya.
Saman, ayah Andik mangaku dulu pada saat andik masih kelas satu SD, ia sempat melarang dan memarahi Andik untuk bermain bola, sebab ia khawatir kaki anaknya itu putus. Tapi setelah Andik kelas enam SD dan bergabung dengan klub ia akhirnya mendukung. “Emang kalau kakinya putus, mau diganti kakinya wedus (kambing)?” mengingat saat dulu memarahi Andik.
Sedangkan Andik hanya tersenyum mendengar cerita kedua orangtuanya, Ia mengaku memang ingin menjadi pemain sepakbola, jadi agar keinginannya itu tercapai ia tidak malu biarpun harus berjualan koran dan berjualan es pada para penonton di Gelora 10 Nopember, yang kini menjadi tempat ia di puji-puji penonton. “Saya tidak mungkin sombong mas, karena saya berasal dari orang susah,” ungkap Andik.
Andik mengaku senang karena telah membelikan rumah untuk orangtuanya. Sehingga orangtuanya tidak perlu mengontrak rumah lagi. Tidak cukup hanya membelikan rumah, kalau ada rejeki ia akan memberangkatkan kedua orangtuanya untuk naik haji. Setelah itu akan membeli rumah dan tanah buat usaha kontrakan.
Biar pun secara ekonomi ia telah bisa untuk menikah, tapi Andik mengaku ingin mematangkan skill sepakbolanya dan memberikan prestasi untuk klubnya, Persebaya dan Timnas Indonesia tentunya. "Saya mau fokus ke karir dulu, lagian pacar saya masih duduk di kelas 3 SMA. Itu pun sering putus nyambung-putus nyambung, mungkin karena masih sama-sama anak muda,” ungkap anak bungsu dari pasangan Saman-Jumiah .
Tidak lama kemudian Andik pun menaiki Honda Jazz warna hitam, hasil jerih panyahnya, tidak lama kemudian ia melambaikan tangan. “Saya mau fitnes dulu mas, soalnya minggu saya balik lagi ke Jakarta untuk bermain dengan David Beckham,” ungkapnya sambil tersenyum.
Memang kebersamaan Andik dengan keluarga tak bisa berlangsung. Sebab, Minggu (27/11) pagi, ia harus kembali ke Jakarta. Andik masuk dalam daftar pemain yang dipanggil untuk membela Indonesian Selection lawan LA Galaxy, Rabu (30/11) mendatang. Dulu Andik yang menjadi penjual es saat Pesebaya bermain di Gelora 10 November, kini berhasil menjadi bintang Indonesia dan bintang Gelora 10 November. m39
Nama : Andik Vermansyah
Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 23 November 1991
Tinggi Badan : 162 cm
Posisi : Gelandang Serang
Klub : Persebaya
Orang Tua : Saman (Bapak)
Jumi’ah (Ibu)
Saudara : Heri Purwanto (L)
Agus Dwi Cahyono (L)
Idriyati (P)
Prestasi :
2008 Perunggu POM ASEAN (Timnas Mahasiswa)
2008 Emas PON XVII Kaltim (Jatim)
2007 Emas Porprov I (Kota Surabaya)
2007 Juara Liga Remaja Regional Jatim (Persebaya U-18)
2011 Runner Up SEA Games (Timnas Indonesia)
2011 Tukeran Baju dengan David Beckham hahahaha :D
0 comments:
Post a Comment