Pendidikan Humor yang Sehat

Friday 2 December 2011
Oleh A. Fatih Syuhud
Rasulullah menyukai humor. Tentu saja humor yang sehat. Lihat umpamanya kisah Nabi berikut:
Suatu hari Rasulullah bersama Sahabat Ali dan sahabat yang lain sedang makan kurma bersama-sama. Pada saat makan kurma itu biji kurma bekas Ali diletakkan di depan Rasul. Ketika hampir selesai Ali berkata “Ya, Rasulullah kelihatan engkau sangat lapar karena makan kurma begitu banyak, lihat biji kurma itu banyak di depan engkau.”

Kemudian Rasulullah menjawab,”Bukannya engkau yang sangat lapar karena makan kurma bersama biji-bijinya?” “Lihat tidak ada biji kurma di depan mu.”
Dalam kisah di atas, Ali jelas ingin bercanda dengan Nabi saat Ali meletakkan biji kurmanya di depan Nabi dan menyusulnya dengan kata-kata candaan. Rasul tentu saja tahu itu, dan beliau menjawab guyonan Ali dengan humor yang sangat cerdas, baik dan sehat.  Di mana letak humornya? (a) Saat Ali mengatakan sesuatu—bahwa Rasul memakan kurma banyak sekali– yang bukan sebenarnya dan semua orang tahu itu untuk bercanda; (b)  Nabi memahami betul candaan Ali, dan membalas dengan humor yang serupa.
Seandainya Nabi tidak punya rasa humor yang baik, tentu beliau akan marah atau setidaknya gerah pada perkataan Ali dan akan membalas dengan kata-kata demikian: “Enak saja engkau Ali, itu ‘kan biji kurma kamu. ‘Kok aku yang dituduh makan kurma banyak?”
Apa definisi humor yang sehat? Humor yang sehat adalah lelucon atau canda segar yang membuat orang tertawa atau tersenyum tanpa ada yang tersakiti hatinya.  Karena, humor yang sehat tidak menghina atau menertawakan orang lain. Inilah humor manusia yang beradab (civilized), terdidik dan punya empati yang tinggi.
Humor secara garis besar ada dua tipe. Humor yang sehat dan humor yang tidak sehat, disebut juga dengan humor tumor. Humor sehat adalah humor yang membuat kita tersenyum atau tertawa tanpa ada orang lain yang tersakiti seperti humor Nabi di atas. Sementara humor penyakit atau humor tumor adalah humor yang dilakukan dengan cara menyakiti atau menghina kekurangan. Humor yang dilakukan oleh para pelawak di TV kebanyakan masuk dalam kategori humor penyakit. Hati-hati saat menonton humor tumor seperti itu, apalagi saat anda menonton bersama anak.
Seorang yang punya rasa humor (sense of humor) yang baik tidak harus pintar melawak. Akan tetapi dia tahu kapan harus tersenyum dan tertawa pada perkataan atau perilaku yang lucu. Dia juga dapat mengidentifikasi mana humor yang sehat dan yang penyakit. Dia juga dapat menahan diri untuk tidak tertawa pada humor yang mengandung tumor.
Menurut Rowan Atkinson, seorang pakar humor asal Inggris yang juga aktor pemeran film Mr. Bean, humor itu timbul karena tiga hal.  Yaitu, by behaving in an unusual way (berperilaku tidak biasa atau aneh), by being in an unusual place (berada di tempat yang tidak umum), dan by being the wrong size (memiliki ukuran fisik yang tidak wajar).
Orang tua dapat mengajarkan perilaku humor yang baik dan etis bagi anak dengan cara menjauhi perilaku sebagai penikmat humor penyakit sebagai berikut:
Pertama, jangan tertawa atau tahan diri untuk tertawa pada humor yang menyakitkan orang lain. Karena tertawa pada penghinaan atau celaan sama dengan menghina itu sendiri.
Kedua, jangan tertawa pada kesalahan perilaku yang dilakukan siapapun walaupun itu tampak lucu dan membuat kita ingin tertawa. Contoh, saat kita melihat ada cabe di gigi teman. Atau ada ingus di hidungnya.
Ketiga, jangan tertawa pada cacat fisik seorang. Berpura-puralah tidak memperhatikan.
Perilaku kita yang benar dalam melihat hal yang tampak lucu, tentu akan dicontoh dengan baik oleh anak kita.

Source

0 comments:

Post a Comment

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))