Gunung Merbabu
Dari sabana II
Gunung merbabu
memiliki ketinggian 3142 mdpl. Jalur populer dikalangan pendaki adalah Wekas,
Cuntel, Thukelan, dan Selo. Jalur yang disebutkan terakhir adalah jalur yang
akan saya ceritakan. Jalur Selo terletak di lereng sebelah selatan Gunung
Merbabu. Untuk mencapai jalur tersebut, pendaki melalui Boyolali. Jalur ini
mempunyai lintasan yang relatif lebih panjang dan otomatis akan memakan waktu
lebih lama dari pada jalur lainnya. Namun jalur ini cocok untuk pendaki yang
ingin bersuka-ria, bagaimana tidak sepanjang jalan akan ditemui sabana yang
luas nan indah diselingi Edelweiss. Gunung yang paling indah yang pernah saya
singgahi.
Berhubung
kuliah di UNNES. Perjalanan kami dimulai dari jalan raya Solo-Semarang menuju
jalur Selo dengan kendaraan pribadi atau ojek yang tersedia tepat di pinggir
jalan raya. Sekitar 1 jam perjalanan menuju basecamp
Pak Parman, kemudian kami lapor diri dengan membayar Rp7.000,00 (15/06/14)
per orang. Kami yang beranggotakan 7 orang, istirahat makan atu minum melepas
lelah dan itung-itung aklimatisasi.
Pukul 18.00
kami berangkat dari basecamp dan
kanan kiri terdapat basecamp lain
selain punya Pak Parman. 200 meter setelah Pos lapor diri dilewati sebuah
gapura gerbang pendakian. Mulai dari sini penerangan sangat diperlukan kanan
dan kiri melintasi pohon pinus dan cemara yang mendominasi flora di jalur ini.
Sesekali kami istirahat, dan hingga pada akhirnya tiba di pos 1 sekitar 1 jam.
Tempatnya lumayan luas untuk mendirikan 2 buah tenda.
Kami langsung
melanjutkan perjalanan tanpa singgah di sana. Setelah beberapa menit perjalanan
ditemui sebuah persimpangan semu, ke kanan menuju ke pos 2 dan ke kiri menuju jalur
macan, kenapa dikatakan begitu. Konon katanya jalur tersebut sering dilalui
beberapa macan (ngarang). Jalur tersebut mengarah langsung ke batu tulis atau
ke pos 3 dimana bisa mendirikan tenda. Namun sesuai jalur yang ada kami memilih
arah ke pos 2. Sekitar setengah perjalanan menuju pos 2 terdapat pos bayangan,
letaknya berada di tebing. Sebaiknya istirahat sebentar untuk menyiapkan tenaga
disana karena perjalanan selanjutnya lumayan terjal. Pos satu menuju pos 2
perjalanan memakan waktu 1 jam tanpa istirahat terlalu lama.
Kemudian perjalanan
menuju pos 3. Jalur lumayan panjang dan lebih terjal, semakin malam udara
semakin menusuk. Disarankan pendaki menggunakan jaket serta penutup kepala.
Kami berjalan biasa sesekali diselingi istirahat tak lebih dari 5 menit memakan
waktu sekitar 1 jam. Pos 3 tempatnya sangat luas untuk nge-camp. Bahkan ketika kami sampai sana terdapat komunitas sedang
acara pendakian bersama, tenda yang terpasang lumayan banyak.
Pukul 21.20WIB kami
mendirikan tenda kap 4 berjumlah 2 buah, kami mayoritas naik gunung lumayan
dibuat kesulitan dengan lembab dan dinginnya udara merbabu. Dibantu oleh
pendaki lain kami berhasil mendirikan tenda dengan sedikit bercengkrama dengan
mereka. Kami membuat perapian dan menyiapkan makanan untuk mengisi kosongnya
perut. Karena mayoritas kami amatir, kami langsung melanjutkan tidur sekitar
jam sebelasan. Kami sering terjaga diantara keramaian pendaki yang berlalu
lalang. Sehingga aku dan konyong melanjutkan cerita berbagai hal.
Pukul 4.30WIB
kami mulai keluar dari dome terlihat
batas cakrawala memerah. Kemi lekas bangun dan membagi tugas antara membongkar dome, packing, dan memasak. Makanan
segera kami lahap, dan warming up to set
summit attack. Sambil memunguti sampah kami bergegas dengan cepat carrier
dipinggul, kami mulai mencari view
yang bagus. Kamera bertugas dengan baik memenjarakan moment impian. Puas,
setengah enam pagi, menyapa melempar senyum kepada pendaki lainnya berjalan
menyusuri track. Pada tanjakan
pertama view masih tampak bagus, kami
berhenti di bebatuan untuk sekedar jeprat-jepret sekaligus istirahat.
40 menit, kami
tiba di sabana I, istirahat sekitar 5 menitan. Munuju tanjakan setan yang ke-2
sekaligus melewati lembahan yang indah dan sabana II. Perjalanan membutuhkan
waktu 20 menitan. Tanjakan setan yang kedua, terjal kemiringan hampir sama
seperi tanjakan pertama yang mencapai 60O . Hingga sampai ketanjakan
terakhir akan menemui simpangan kecil, ke kanan menuju Puncak Kentheng Songo
dan jika naik ke atas menuju Puncak Triangulasi. Alangkah baikya jika menuju
Puncak Triangulasi dulu disanalah titik 3142amsl, kemudian ada jalan kecil
menuju Kentheng Songo. Kentheng Songo? Konon dulu ada 9 batu yang berlubang
seperti mangkok, namun sekarang ada 5-6 buah saja, yang lain hanya ada
bebatuan. 1 jam Kami sempatkan aji nampang disana di kedua puncakan, melepas
lelah, minum dan makan roti untuk mengganjal perut. Setelah puas kami turun
melewati jalan yang lungsung turun bukan kembali ke Triangulasi.
08.00WIB
Menuruni jalur yang susah payah kami tanjaki tadi, turunan berdebu dan tanal
labil menjadi halangan. Alangkah eloknya ketika tiba di Sabana II, rerumputan
yang hijau, diapit 3 buah lembah seperti di film jaman SD, Teletubies. Sampai
menuruni turunan di sabana I, kami berjalan terpisah 2 kelompok karena yang
belakang melewati jalur terjal sebelum bebatuan. Kami bertemu di camp akhirnya.
Kami sempatkan makan dengan roti beberapa kali hingga hingga sampai bawah.
12.50WIB kami
sampai hingga gapura selamat datang, disana ada beberapa warga yang membakar
sampah, seorang darinya meminta sampah kami. Sampah yang tak terpakai dibakar
langsung dan bekas air minum dipisahkan. Kami sejenak melepas lelah sambil
bercanda dan bersyukur atas nikmat hidup yang diberikanNya. Maghrib kami sampai
di Kos Cekgoo dengan selamat.
anggota team:
Gama
Angga
Yogo
Sulthon
Antok
Enggar
Antok
0 comments:
Post a Comment